Menurut Situmorang, lukisan
kaligrafi adalah suatu bentuk atau corak seni kaligrafi yang dieksperimenkan ke
dalam bentuk lukisan yang dikombinasikan dengan warna-warna, huruf dan
corak tulisannya cenderung memiliki gaya atau corak yang bebas dan lepas dari
kaidah-kaidah yang telah digariskan dalam kaligrafi yang baku.
Lukisan kaligrafi merupakan
seni lukis yang menampilkan aksara Arab sebagai subject-matter (sasaran) utuh atau sebagian, atau mengambil
beberapa huruf saja. Secara prinsip kaligrafi lukis (lukisan kaligrafi) berbeda
dengan kaligrafi tulis (kaligrafi murni). Pada lukisan kaligrafi terdapat
sejumlah kebebasan dalam berekspresi. Sedangkan dalam kaligrafi tulis, dikenal
beberapa macam ketentuan pokok dan rumus-rumus baku.Lukisan kaligrafi secara
mendasar berbeda dengan lukisan biasa. Di samping si pelukis harus memiliki
niat suci dan hati bersih, pemilihan medianya pun harus benar dan tepat.
Oleh karena itu, pengertian
lukisan kaligrafi Islam tidak selalu menunjukkan kepada pengembangan gaya-gaya
kaligrafi (kontemporer maupun klasik baku) dalam arti huruf seperti dalam
kriterium al-Faruqi. Fokus lukisan kaligrafi tidak hanya selesai pada huruf,
tetapi kehadirannya memang sebagai “lukisan” dalam arti yang sesungguhnya,
seperti yang di kemukakan pelukis kaligrafi Syaiful Adnan. Kritikus seni rupa
Dan Suwaryono menandaskan bahwa lukisan kaligrafi pada dasarnya ditopang dua
unsur elemen seni rupa, berupa unsur-unsur fisiko plastis (berupa bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan
volume) di satu pihak, dan di pihak lain tuntutan-berupa tuntunan yang
cenderung ke arah idio plastis
(meliputi semua masalah yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan isi atau cita pembahasan bentuk). Dalam ungkapan yang lebih mudah,
“lukisan” kaligrafi tidak hanya menampilkan sosok huruf yang dilukis, tetapi
juga sebagai sebuah lukisan utuh yang menjadikan huruf sebagai salah satu
elemennya.
Menurut Affandi, lukisan
kaligrafi adalah karya cipta manusia sebagai hasil pengolahan ungkapan
batinnya melalui susunan unsur-unsur tulisan dan unsur-unsur dwi marta yang lain, yang memiliki
sifat-sifat simbolik, religius, dan estetik. Membawa pesan kebaikan antara
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan
alam. Jadi, setiap lukisan kaligrafi
memiliki kebebasan dalam gaya atau corak tulisan sehingga tercipta suatu
kesatuan bentuk lukisan yang sesuai dengan keinginan
penciptanya.
He bagus.e fik:)
BalasHapusMakasih:) #FA
BalasHapus