HADIST
MENGHORMATI IBU
Hadis 1:
Maksudnya: "Daripada Muawiyah bin Haidatal Qusyairi katanya aku bertanya Rasulullah SAW, siapakah orang yang paling patut aku berbuat baik?, Rasulullah SAW menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa?, Rasulullah menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab: ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab : bapamu, kemudian orang yang paling hampir denganmu dan seterusnya".
(Hadis Riwayat at-Tirmizi).
Maksudnya: "Daripada Muawiyah bin Haidatal Qusyairi katanya aku bertanya Rasulullah SAW, siapakah orang yang paling patut aku berbuat baik?, Rasulullah SAW menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa?, Rasulullah menjawab : ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab: ibumu, kemudian aku bertanya lagi siapa? Rasulullah menjawab : bapamu, kemudian orang yang paling hampir denganmu dan seterusnya".
(Hadis Riwayat at-Tirmizi).
Hadis
2:
Rasulullah
SAW bersabda:
Maksudnya : " Tidak akan masuk syurga orang yang suka menunjuk-nunjuk pemberiannya, orang yang derhaka kepada kedua ibu bapanya dan orang yang ketagihan minuman keras. "
Sunan al-Nasai'
Hadis 3:
Sabda Nabi Muhammad SAW:
"اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ."
Maksudnya: "Syurga itu berada di bawah telapak kaki ibu-ibu."
Maksudnya : " Tidak akan masuk syurga orang yang suka menunjuk-nunjuk pemberiannya, orang yang derhaka kepada kedua ibu bapanya dan orang yang ketagihan minuman keras. "
Sunan al-Nasai'
Hadis 3:
Sabda Nabi Muhammad SAW:
"اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ."
Maksudnya: "Syurga itu berada di bawah telapak kaki ibu-ibu."
Ibu, Ummi, Mother atau apa saja panggilannya bila kita hormati dengan tulus serta melayaninya dengan tabah, niscaya akan membawa kedamaian dalam hidup. Dalam bahasa pesantren, anak yang berbakti kepada ibunya (orang tua) maka dia akan “sukses” lahir batin, dunia akherat. Mau Bukti?
Abu Yazid Al Bustami, seorang ulama yang sangat dihormati dikalangan para sufi dan generasi kini, banyak pula karangan kitabnya ternyata beliau sangat hormat dan bakti kepada ibunya.
Dalam sebuah kitab klasik dikatakan, kalau beliau itu sama sekali tidak mau membantah perintah sang Ibu. Saat beliau membaca ayat “Anisykurli waliwaalidaika ilaiyal Mashir” yang artinya: “Hendaklah bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orang tua (Ibu Bapakmu). Hanya kepadaKulah kamu kembali” (QS:Luqman 14)
Abu Yazid Al Bustomi kemudian meminta petunjuk kepada Ibunya dan dia berkata, “Ibu, hatiku gelisah setelah mendengar ayat Alloh itu. Aku tidak bisa membagi hatiku pada Ibu (orang tuaku) ataukah pada ALLOH, maka mintakanlah pada ALLOH agar kewajibanku bakti pada-NYA ditiadakan, agar dapatlah semata-mata aku berbakti kepadamu”.
”Tidak Yazid, kewajiban menghormat kepadaku aku lepaskan, agar kamu bisa bebas beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, ” jawabnya penuh bijak.
Sikap ulama salaf memang cukup aneh, salah satunya adalah memiliki kebiasaan tidak banyak memerintahkan atau menuntut kepada anak-anaknya. Sebab alasan para ulama salaf itu seandainya banyak perintah kepada anak atau banyak menuntut, maka sedikit saja si anak tidak menurut, sudah dikategorikan sebagai “anak durhaka.” Bahkan dalam bahasa Al Quran, mengatakan “ah” (keluhan?) kepada orang tua adalah tindakan yang terlarang.
“… Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Israa: 23-24)
Sebuah penelitian kecil di antara kawan-kawan saya yang merantau di kota, ada sedikit perbedaan di mana kawan yang begitu baik kepada orang tuanya, mereka cenderung lebih “sukses”. Kemuliaan itu ia dapatkan mungkin karena begitu bakti kepada ibunya. Disamping memang jalan untuk sukses itu ia raih dengan kerja keras. Namun kerja keras yang didukung oleh doa-doa sang ibu tentu sangat bernilai dibanding tanpa dukungan doa.
Kini kita bisa mengambil hikmah bahwa kata ulama kunci sukses hidup itu adalah bagaimana pandai-pandai bersyukur kepada Allah dan kepada orang tuanya. Sebaliknya, hidup yang “seret” bisa jadi muasalnya dari cara pandang kepada orang tua terutama ibu sebagai orang yang tidak layak dihormati. Wallahu a’lam
Hadits
Ta’lim
muta’allim
“Apabila
seorang murid memiliki permasalahan-permasalahan yang dihadapai maka carilah
solusinya kepada ustad/guru agar cita-cita atau tujuan bisa tercapai dan menuju
kearah yang baik (positif)”.
“Sufi
= orang yang suka menghafal Al-Qur’an”.
“Allah
akan mengankat drajat manusia apabila ia memiliki ilmu, terutama ilmu agama”.
“Menjauhlah
kepada ustad/guru apabila belia duduk dan mendekatlah saat beliau sedang
kesusahan”.
“Malaikat
tidak mau masuk kerumah seseorang apabila rumah tersebut ada gambar-gambar
jorok, memelihara anjing serta ada patung didepan rumah”.
“Barang
siapa yang mempunyai ilmu ia merasa sombong atau tidak disertai dengan akhlak
atau iman halnya (ibarat) banjir yang jebol”.
“Syarat
menjadi seorang santri atau murid =
prinsip, memegang janji”.
“Orang
yang berjuang dijalan Allah, maka Allah akan memberikan jalan lurus”.
“Barang
siapa yang ingin belaar ilmu fiqih maka sungguh-sungguh atas 3 syarat : Ada
santri atau murid , ada ustad atau guru, dan ada bapak atau wali”.
“Barang
siapa yang ingin memperoleh kehormatan tanpa bersusah paya itu sama halnya
mengukir diatas air”.
“Pada
malam hari adalah waktu yang paling afdol untuk memohon kepada Allah SWT agar
cita-cita dapat dikabulkan”.
“Barang
siapa yang dapat mengumpulkan semua harapannya atau cita-citanya maka memohon
dimalam hari untuk menjemput cita-cita yang agung dan harus disertai degan
“Usaha”.
“Barang
siapa yang berpuasa dimalam hari disertai dengan dzikir atau yang lainnya, maka
pada pagi harinya ia akan berbahagia”.
“Wajibnya
bagi murid atau santri adalah belajar dan istiqomah secara terus-menerus, yang
paling baik pada malam hari atau setelah shubuh”.
“Bagi
murid atau santri berhati-hatilah, jauhkanlah tidur, dan berpuasa”.
“Barang
siapa yang belajar dan mengulang-ulang maka dengan sendirinya ilmu tersebut
akan teringat atau menempel didalam otak kita”.
“Ilmu
dapat mengangkat drajat seseorang tersebut”.
“mumpung
kita masih muda kejarlah cita-cita kita dengan menuntut ilmu dengan
sungguh-sungguh”.
“Kira-kira
orang yang susah dalam mencapai tujuannya ia pasti akan mendapat kemudahan dari
Allah serta apa yang ingin ditujuh atau cita-cita akan dikabulkan tetapi harus disertai
dengan usaha + do’a pada malam hari”.
“Masa
muda adalah waktu yang tepat untuk membagi eaktu dalam berusaha untuk kebaikan
dimasa nanti (masa tua), jangan bermalas-malasan dimasa kini, tetapi dimasa tua
nanti pasti akan menyesal atas kemalasannya sendiri “.
“Dalam
mencari ilmu kita harus sabar, karena mencari ilmu tidak dapat dengan cara
instan atau cepat saji”.
“Dalam
hal apapun atau segala sesuatu Allah lah yang menghendaki dan manusialah yang
berusaha”.
“Perbuatan
baik tetapi dilakukan dengan nafsu jelek maka sama halnya perbuatan-perbuatan
tersebut perbuatan yang jelek”.
“Orang
kecil menyelesaikan permasalahan besar dengan orang kecil maka permasalahan
tersebut akan menjadi besar”.
“Orang
besar menyelesaikan permasalahan besar dengan orang besar maka permasalahan
tersebut akan menjadi kecil”.
“Barang
siapa yang berita-cita menghafalkan Al-Qur’an atau hadits dan mau
mengamalkannya itu sama halnya hafal semua kitab atau hadits tersebut’.
“Barang
siapa yang becita-cita tinggih tetapi tidak sungguh-sungguh atau ada orang
sungguh-sungguh tetapi tidak memiliki cita-cita maka orang itu tidak akan
mendapat keberhasilan”.
“Orang
yang mulia itu dimata Allah senang dan orang yang umurnya panjang dengan
ibadahnya tekun, dan Allah lebih beni menyia-nyiakan umur untuk kemaksiatan”.
“Banyak
orang yang berdo’a gagal karena malam dalam hidunya”.
“Bahwa
sesungguhnya didunia ini semua keberhasilan karena ia sungguh-sungguh dan
kegagalan karena ia tidak sungguh-sungguh malas”.
“Sedikit
sekali santri-santri yang ingat dangan keberhasilan atau kegagalan karena ia
malas dan tidak menyadari bahwa ia adalah orang yang malas”.
“Sesungguhnya
ilmu itu tidak akan habis malah akan bisa bertambah apabila ilmu tersebut
diamalkan”.
“Orang
yang memiliki ilmu bisa memperbaiki namanya, dan meskipun ia sudah meninggal ia
tetap disanjung oleh orang”.
“Banyak
drajat-drajat diatas kemuliaan tetapi tak semulia drajat orang yang mencari
ilmu”.
“Orang
yang dekat oleh Allah adalah Ahli Bait”
“Orang
yang mempunyai ilmu lebih tinggi drajatnya dari pada kedudukan raja atau
panglima”.
“Apabila
seseorang yang hidup tetapi tidak memiliki ilmu sesungguhnya ia sudah mati”.
“Apabila
ilmu dapat dijiwahi seseorang dapat mempengaruhi orang lain (mengundang orang
lain)”.
“Orang
yang memiliki ilmu dalam melakukan sesuatu selau memikirkan sebelum melakukan
sesuatu”.
“Yang
dapat melupakan ibadah = riya’ atau pamer, kebanyakan minum, kebanyakan makan”.
“Barang
siapa yang memulia belajar pada hari rabu maka akan diberikan kepahaman oleh
Allah”.
“Etika
untuk menjadi seorang santri untuk menjadi pandai = bisa atau tidak catatlah
apa yang kamu dengar dari penjelasan kyai atau ustad, bila engkau belum paham
atau belum jelas bertanyalah hingga engkau sampai benar-benar paham, tirulah
kelakuan kyai dalam belajar, menghafal 2 kalimat itu lebih baik dari pada
mendengarkan 2 keranjang, paham 2 kalimat itu lebih baik dari pada hafal 2
keranjang, bisa atau tidak kita harus berdo’a dan ta’atlah kepada kyai atau
ustad”.
“Agar
kita dapat memahami sesuatu maka kita harus diulang-ulang agar ingatan kita
semakin cerdas”.
“Apabila
kita belajar untuk perdebatan maka ilmu yang kita peroleh tidak halal dan tidak
ada gunanya tanpa disertai dasar ilmu”.
“Agar
mendapatkan ilmu yang bermanfaat harus memiliki buku bagi setiap pelajar”.
“Manfaat
ilmu karena seseorang = tidak malu, tidak pelit”.
“Menjadi
seorang murit atau santri= harus banyak bertanya, harus banyak berfikir”.
“Barang
siapa yang mengharap imbalan dari manusia maka orang tersebut termasuk orang
yang fakir atau fekir”.
“Apabila
ada orang lain tetapi pekerjaannya meminta-minta maka ilmu tidak berguna atau
tidak bermanfaat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar